Halaman

Sabtu, 08 Juni 2013

Astabrata Lelaki Jawa








oleh: diana manzilamahasiswa uin maliki malang dianamanzila@gmail.
comdalam ajaran jawa kesempurnaan seorang lelaki memiliki beberapa kriteria
, meski dalam budaya kekinian, hal ini tak lagi menjadi patokan, namun kesempurnaan tersebut menjadi tolok ukur raja-raja di tanah jawa.
"seorang lelaki jawa dikatakan sempurna ketika dia sudah mencapai astobroto," jelas romo, sapaan agus sunyoto dalam kajian rutin di pesantren global, akhir april 2013 lalu.
pertama, adalah wisma (rumah).
jika lelaki jawa belum memiliki tempat tinggal sendiri hal ini menjadi permasalahan, karena untuk memberikan tempat aman masih belum bisa.
kedua curigo (pusaka), dalam hal ini pusaka seperti keris dan batu akik menjadikan lelaki memiliki kewibawaan tersendiri.
ketiga, kukilo (burung perkutut) yang diyakini masyarakat jawa burung ini memiliki kekuatan mistis.
selanjutnya, turonggo (kuda/kendaraan).
kendaraan bagi adat jawa memiliki peran penting untuk menyampaikan sang pemilik pada tempat yang dituju.
berikutnya, garwo (istri).
sosok istri sangat berperan, masyarakat jawa percaya jika perempuan memengaruhi mental lelaki.
keenam adalah, pradonggo (gamelan) beserta penabuhnya adalah simbol musik jawa, bentuk identitas orang jawa.
ketujuh waranggono (sinden), dan terahir adalah wanudyo (selir).
selir bagi raja jawa sebuah kewajiban.
hal ini dapat dilihat pada sosok soekarno yang kala itu patuh akan wejangan sarinah untuk memiliki banyak wanita dalam hidupnya.
sarinah adalah sosok yang merawat soekarno dari kecil.
sosok diponegoro yang memiliki tujuh istri dengan empat istri yang hidup dalam satu masa, raden wijaya (pendiri majapahit) memiliki empat istri meski yang tertinggal hanya dua, yakni dyah gayatri dan tribuwana, ken arok (raja singhasari) memiliki ken dedes dan ken umang.
"dalam adat jawa, menjadi selir ataupun menjadi istri pertama yang dimadu merupakan hal biasa, kita lihat sosok kartini, yang menjadi istri keempat, hanya belakangan saja perempuan merasa mendapat ketidakadilan ketika dimadu, dan itulah didikan belanda yang mengatasnamakan emansipasi wanita," jelas romo agus sunyoto.

Source from: surya[dot]tribunews[dot]com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.