Halaman

Senin, 10 Juni 2013

Satu RT di Kota Batu Tak Ada Aliran Listrik








batu -  berstatus sebagai kota wisata, batu memiliki belasan obyek wisata, seperti jatim park group, batu night spectacular (bns), wisata alam selecta.
bahkan, tahun 2012 lalu, catatan dinas pariwisata kota batu kurang lebih sekitar 4 juta wisatawan datang ke kota dingin ini.
puluhan hotel bintang empat hingga melati pun berdiri guna menampung wisatawan untuk menginap.
begitu juga ratusan tempat usaha seperti kafe, restoran, dan plaza sudah berdiri tegak.
namun, di sela kegemerlapan kota wisata ini masih menyisakan masalah.
satu rukun tangga (rt) belum mendapatkan aliran listrik.
yaitu di rt 5/rw 6 kampung gimbo dusun jurangkuali, desa sumberantas yang memiliki jumlah 50 keluarga.
jika mereka ingin mendapatkan listrik, harus berlari sekitar 3 km.
ini pun menumpang di rumah orang lain.
bukan hanya listrik, di rt juga tidak ada sinyal seluler untuk komunikasi cepat dengan orang luar.
di rt itu, mayoritas penghuninya menjadi buruh tani.
kaur pemerintahan desa sumberbrantas purwanto menceritakan, tahun 2007 warga mendapatkan listrik bantuan dari pengelola pabrik jamur pt karya kompos bagas.
namun, usaha pabrik mulai menurun dan akhirnya tidak berproduksi lagi.
listrik semula dialirkan kepada warga pun diputus tahun 2010.
sejak itu, warga yang mempunyai kemampuan ekonomi lebih bagus memilih menggunakan genset, ada pula yang menggunakan aki.
sementara, warga yang kemampuan ekonomi rendah, harus rela menggunakan lampu teplok berbahan bakar minyak tanah serta harus mengeluarkan uang rp 11.
000 per liter.
di rt itu, kata purwanto, ada 15 siswa sd dan smp.
mereka harus belajar dengan kondisi tak memiliki penerangan cukup.
"ada usaha ngecas baterai ponsel di pemilik genset.
biaya ngecas dikenai rp 5.
000 per jam," kata purwanto, senin (10/6/2013).
kisah memilukan ini bukan berarti tanpa perjuangan penghuni rt.
pada tahun 2011 lalu, warga gotong royong membuat proposal pengajuan kepada pln minta disambungkan jaringan listrik.
tapi, hingga saat ini belum ada jawaban dari bumn itu.
"dua bulan lalu, saya sudah ketemu akli minta penjelasan penyambungan listirk.
akli juga tidak bisa menjawab," ujarnya.
kondisi ini membuat warga rt itu pasrah apa adanya sembari menunggu perhatian dari pemkot batu.
purwanto berharap, pemkot bisa memfasilitasi pemasangan jaringan listrik.
anggota dprd kota batu, heli suyanto mengatakan, kondisi ini ironis seiring dengan kemajuan pembangunan di kota wisata ini.
heli mendesak pemkot segera turun tangan menyelesaikan masalah tersebut.
kondisi ini sebaiknya tidak perlu lama terjadi.
menurut heli, bisa saja pemkot menggunakan dana hibah untuk membangun fasilitas pembangkit listrik sementara hingga terbangunnya jaringan instalasi listrik.
sebab, secara sosiologis, sebagian besar ekonomi warga adalah menengah ke bawah.
mereka bakal tidak mampu jika membeli genset besar dengan biaya rp 60 juta.
belum bahan bakar solar yang kurang lebih setiap rumah sehari semalam membutuhkan sekitar 15 liter.
sedangkan harga solar rp 7.
000 per liter.
"pemkot melalui kesra atau dinas lainnya sebaiknya segera turun tangan.
toh mereka juga warga kita," himbau heli.

Source from: surya[dot]tribunews[dot]com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.