Halaman

Rabu, 26 Februari 2014

Warga Tengger : Gunung Itu Seperti Orang Tua, Kita Anaknya




Warga Tengger : Gunung Itu Seperti Orang Tua, Kita Anaknya
Warga Tengger : Gunung Itu Seperti Orang Tua, Kita Anaknya






surya online, probolinggo - di  banyuwangi, bahaya  gunung raung dan ijen telah diantisipasi badan penanggulangan bencana daerah (bpbd) setempat.
mereka telah  telah menyelesaikan rencana kontijensi (rekon) bencana ijen dan raung.
dua dokumen penting terkait upaya pengurangan dampak bencana ini rampung pada akhir 2013.
penyusunan ini dilakukan bersama badan penanggulangan bencana nasional (bnpb) dan seluruh elemen terkait di banyuwangi.
“selain rekon ijen dan raung, bpbd juga telah menyelesaikan rekon untuk bencana tsunami karena banyuwangi ada potensi untuk itu dan rekon banjir dan tanah longsor,” kata kusiyadi, kepala bpbd banyuwangi, selasa (24/2/2014).
di sini peta bahaya dan peta pengungsi telah dibuat.
sosialiasi penyelamatan diri juga mulai dilakukan kepada masyarakat.
tak cuma sosialisasi dini yang penting dilakukan.
pendekatan kepada tokoh-tokoh warga di kaki bukit juga perlu dilakukan sejak dini.
para tokoh itu bisa menjadi pintu penyelamatan dan pintu bencana sekaligus.
pendapat dan keyakinan mereka menjadi pegangan warga untuk mengungsi atau tidak.
tim surya menelusuri sikap masyarakat di kaki gunung, yang menjadi sasaran ancaman terdekat.
di sini mayoritas  masyarakat tidak  memiliki pengetahuan yang cukup tentang karakter gunung di sekitarnya.
di kawasan taman nasional bromo tengger semeru misalnya, warga tengger yang bermukim di sejumlah desa, mengandalkan insting yang diwariskan turun-temurun dan saran dari dukun adat.
mereka  berkeyakinan, gunung yang menjadi tempat hidup dan mati mereka tidak akan menyakiti mereka.
  “gunung itu seperti orang tua.
kita ini anak-anaknya.
kalau kita baik sama orang tua, tentu beliau baik ke kita“ kata harwanto, warga ranu pani, lumajang.

ranu pani merupakan desa yang berada di tengah-tengah antara gunung bromo dan semeru.
jarak ranu pani dengan puncak semeru sekitar 20 kilometer.
sedangkan dengan kawah bromo, desa yang dihuni 1387 jiwa itu berjarak sekitar 7 kilometer.
daerah ini sejak 2010 ditetapkan sebagai desa siaga bencana.
sikap senada terjadi pada masyarakat desa ngadisari probolinggo, di kaki gunung bromo.
  ndoko, warga setempat sehari-hari bekerja menjual minuman keliling di kawasan wisata gunung bromo mengatakan,  dia dan umumnya warga di desanya percaya,  gunung bromo tidak akan pernah murka secara berlebihan hingga menyakiti warga.
“bromo itu kan diambil dari nama dewa brahma.
kami percaya, dewa tidak akan menyakiti kami selama kami menjaga tempatnya.
kalaupun bromo meletus, kami tetap akan bertahan di rumah, tidak mengungsi.
karena kami tahu kalau semua akan baik-baik saja,” papar ndoko.
(ben/idl)


terkait    #gunung kelud

berita terkait: liputan khusus ancaman gunung berapi



pvmbg, ujung tombak pertama proses mitigasi


kentut gunung masih mengepung






editor: titis jati permata

sumber: surya cetak






tweet

Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.