Halaman

Rabu, 26 Februari 2014

Sensor Gunung Bromo Kerap Dicuri




Sensor Gunung Bromo Kerap Dicuri
Sensor Gunung Bromo Kerap Dicuri






surya online, probolinggo - pengamatan vulkanologis menjadi bagian penting dari upaya mitigasi bencana gunung berapi.
tugas ini sehari-hari dilakukan petugas pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi (pvmbg) melalui pos-pos pengamatan di tiap gunung berapi.
namun kerja keras mereka ternyata tidak selalu mendapat apresiasi selayaknya.
malah tidak jarang gangguan menghampiri mereka.
di bromo misalnya, kegiatan pemantauan kondisi gunung  kerap ditentang sekelompok masyarakat tertentu.
kelompok ini menganggap kegiatan pemantauan gunung itu menjadi penyumpal jalan rezeki mereka.
mereka ini adalah kelompok masyarakat yang menggantungkan rezeki dari kunjungan wisatawan.
nah, bila kondisi gunung dinyatakan bahaya, jumlah wisatawan akan menurun bahkan tidak ada yang datang.
itu berarti sumber rezeki warga mampet.
kelompok masyarakat ini menjadi sangat alergi dengan pengumuman status gunung bromo yang naik level lebih tinggi.
mereka memang tidak menyerang petugas pengamatan di pos pantau.
namun mereka secara diam-diam membuat petugas tidak bisa bekerja alias melumpuhkan kegiatan pemantauan  caranya, mereka curi alat pemantau.
pos pengamatan gunung bromo di dusun cemoro lawang, desa ngadisari, kecamatan sukapura, kabupaten probolinggo, beberapa kali sensor yang mereka tanam di sejumlah titik di sekitar gunung bromo hilang.
sensor ini berfungsi mengenali setiap gerakan vulkanik di perut gunung bromo.
“beberapa kali sensor kami dicuri oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab.
padahal kalaupun dicuri dan dijual lagi, menjualnya pun sulit karena fungsinya sangat spesifik.
paling-paling dijualnya kiloan,” urai moh syafii, ketua pos pengamatan gunung api bromo di dusun cemoro lawang.
di sekitar bromo, terpasang empat sensor untuk mengamati setiap gejala yang terjadi di perut gunung.
sensor seharga kira-kira rp 150 juta ini ditanam di tanah, di daerah yang diperkirakan tidak bisa diakses banyak orang.
karena sengaja ditanam di daerah yang tidak banyak diakses orang, sensor ini pun tidak dijaga secara ketat.
lagipula, hampir  tidak mungkin untuk menugaskan penjaga untuk memeriksa sensor-sensor tersebut, satu kali 24 jam.
  petugas polisi yang mendapatkan laporan, juga tidak bisa berbuat banyak.
hingga kini belum pernah ada pencuri yang tertangkap.
pria asal lumajang ini menduga, pencurian sensor dilakukan dengan motif sabotase oleh oknum-oknum yang tidak ingin kunjungan wisata turun karena peringatan-peringatan dari pos pengamatan.
dugaan ini cukup beralasan.
tak sekali dua, syafii mendengar beberapa pelaku wisata di bromo yang mengatakan bahwa sepinya tingkat kunjungan disebabkan karena peringatan-peringatan dari pos pengamatan vulkanologi.
“saya pernah dengar sendiri dari seseorang yang bilang seperti itu.
waktu itu, dia tidak tahu kalau saya ini petugas di pos pengamatan,” ucapnya.
(ben)


terkait    #gunung kelud

berita terkait: liputan khusus ancaman gunung berapi



warga tengger : gunung itu seperti orang tua, kita anaknya


pvmbg, ujung tombak pertama proses mitigasi


kentut gunung masih mengepung






editor: titis jati permata

sumber: surya cetak






tweet

Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.