Halaman

Minggu, 21 April 2013

80 Persen Perempuan Dicerai Tanpa Surat




80 Persen Perempuan Dicerai Tanpa Surat
80 Persen Perempuan Dicerai Tanpa Surat





surabaya - emansipasi di masa kini tak sekadar persamaan hak pendidikan ataupun pekerjaan, tapi lebih pada persamaan hak tanpa mengorbankan kodrat perempuan.
hal ini disampaikan lubna algadrie, mantan presiden woman international club  di acara voice of woman, empowering woman on todays multitasking life yang digelar di universitas narotama, surabaya, sabtu (20/4/2013).
mantan direktur pusat bahasa its ini menuturkan boleh-boleh saja perempuan memiliki pendidikan serta jabatan kerja yang tinggi, tapi harus tetap pada tugas pokoknya yakni mendidik anak agar berakhlak mulia.
"mendidik, merawat anak ini tidak bisa digantikan oleh pembantu atau baby sitter sekalipun.
boleh saja ada pembantu yang merawat rumah, tapi seorang perempuan lah yang membuat rumah itu nyaman untuk keluarga,"kata alumni sydney university.
"seorang perempuan juga yang harus menjadi contoh nyata (model) yang ditiru anak-anaknya,"imbuh ibu tiga anak yang  pernah melaunching autobiography berjudul a long journey of single parent teacher.
   menurutnya boleh saja dalam  rumah tangga ada pembagian tugas antara suami istri.
misalnya, istri memasak dan suami yang mencuci piring.
tapi hal itu harus dilakukan atas dasar sukarela, bukan pemaksaan.
lubna tidak sepakat dengan faham feminisme yang diterapkan di negara barat yang menganggap perempuan bisa segalanya.
"feminisme harus tetap menyesuaikan pada agama dan budaya.
di indonesia bukan feminisme, tapi emansipasi yang harus menyesuaikan agama dan budaya  kita.
ada indahnya kalau berpegang pada adat dan budaya sendiri.
jangan modern terus kita kehilangan jati diri,"kata lubna yang pernah meraih penghargaan dari pemerintah australia 2009 silam.
disinggung tentang fenomena perempuan yang menggugat cerai suami.
menurut lubna itu menandakan bahwa perempuan mulai berani menuntut haknya.
dan itu tidak harus dibesar-besarkan karena kenyataannya perempuan yang berani melakukan itu sangat kecil.
dari ribuan kasus perceraian di indonrsia, dia mencatat 80 persen perempuan ditinggalkan begitu saja tanpa ada akta cerai.
"dan itu banyak terjadi di desa-desa.
jadi, kalau sekarang ada perempuan yang berani menggugat dengan alasan yang jelas ini jangan dibesa-besarkan.
tapi harus dilihat ini keberanian mereka menuntut atas kesewenang-wenangan laki-laki.
ini harus dilihat kasus per kasus,"tukasnya.
di tempat yang sama presiden expatriat women in surabaya michaela newnhanm menilai perempuan indonesia lebih enak dibandingkan amerika yang bebannya lebih banyak.
karena itu di amerika banyak perempuan yang memilih membujang (single).
"jangan takut menikah meskipun perempuan akan harus lebih repot,"sarannya.
rektor universitas narotama rr iswachyu dhaniarti mengatakan perempuan saat ini berada di dua kondisi yang tidak mudah.
"sebelum melanggkah keluar kita harus peduli dengan wilayah domestik,"katanya.
acara yang digelar menyambut hari kartini ini juga diisi dengan pembacaan puisi dan demo kecantikan.

Source from: surya[dot]tribunews[dot]com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.