Halaman

Kamis, 30 Mei 2013

Waktu Memilih Dua Menit, Tak Ada Pilihan Golput








surabaya - proses pemilihan umum bisa diketahui lebih cepat jika memakai software ciptaan riza budi prasetyo, mahasiswa d3 teknologi informatika, politeknik elektronika negeri surabaya (pens).
software bernama sistem manajemen sukses ini pertamakali dipakai saat pemilihan ketua himpunan mahasiswa teknik informatika, rabu (26/5/2013).
 laiknya pemilihan umum, tempat pemungutan suara (tps) dibuat dua pintu dilengkapi bilik suara yang disekat-sekat.
ada petugas, saksi dan juga tinta sebagai bukti telah menggunakan haknya.
bedanya, peralatan yang dipakai berbasis komputer, tanpa contreng maupun tanpa coblosan.
riza budi prasetyo, pembuat software mengungkapkan komputerisasi diterapkan mulai dari proses verifikasi pemilih di pintu masuk.
calon pemilih cukup menunjukkan kartu tanda mahasiswa (ktm) yang berlaku.
sistem akan mengecek kebenaran ktm yang dipakai itu dengan data yang sudah diupload sebelumnya.
setelah di cek nomor dan fotonya, pemilik akan diberi enam digit kode validasi.
dari layar komputer kemudian terlihat bilik mana yang kosong sehingga pemilih langsung menuju bilik tersebut.
di bilik suara sudah tersedia satu layar komputer yang menyajikan panduan-panduan memilih.
bagi pemilih yang sudah mengerti bisa melewati panduan itu dan langsung menampilkan surat suara yang harus di pilih.
cara memilih dengan mengklik gambar pasangan ketua-wakil himpunan dua  kali.
dan berbekal enam digit kode validasi itu dia memilih pasangannya.
"kami beri batas waktu dua menit untuk satu pemilih.
jika melewati waktu itu maka bisa diulang dengan meminta nomor validasi lagi.
kalau tiga kali batal secara otomatis dia dicoret dari daftar pemilih dan tidak bisa menggunakan hak pilihnya,"terang riza saat ditemui di kampusnya, rabu (29/5/2013).
bagaimana dengan pemilih golput? menurut reza pemilih golput tidak diakomodir di sistem ini.
"kalau memang sejak awal dia akan golput ya mending tidak usah masuk tps karena tidak bisa diakomodir.
ini untuk efisiensi,"tandasnya.
riza mengungkapkan alat ini lebih efektif dan efisien dibandingkan sistem manual yang berlaku di pemilu selama ini.
selain hasilnya bisa diketahui langsung tanpa harus menghitung surat suara, juga bisa menghemat biaya untuk pencetakan surat suara.
sistem ini juga dilengkapi dengan sistem pengamanan hasil suara.
karena itu untuk membuka hasilnya harus sepengetahuan dari semua saksi.
"jadi kami rancang para saksi ini memiliki username dan password.
kalau hanya satu saksi yang memasukkan username dan password dipastikan tidak akan bisa dibuka.
ini untuk menjaga kerahasiaan dan validitas hasil suara," terang mahasiswa semester dua d3 teknologi informatika.
diakui riza, untuk membuat software ini pihaknya memanfaatkan akses software gratis dari kampusnya.
dia memakai program micosoft visual c#.
software buatannya ini masih butuh penyempurnaan karena memang hanya dibuat dalam waktu tiga minggu.
salah satu penyempurnaan yang akan dilakukan adalah dengan mengintegrasikan sistem ini dengan email student sehingga memungkinkan dibuat smartcard.
"kalau smartcard ini bisa diwujudkan sudah tidak perlu lagi registrasi manual,"katanya.
penyempurnaan lain yang perlu dilakukan adalah memperketat keamanan database.
ini penting agar hasil pemilu tidak bisa dimasuki hacker.
"kalau sekarang mungkin masih aman karena kami hanya memanfaatkan jaringan lokal.
tapi kalau ini dipakai untuk proses yang lebih luas seperti pemilihan walikota, ya sangat perlu ditambah pengamanannya,"akunya.
menurut riza system ini memang bisa diaplikasikan dalam pemilihan kepala daerah maupun pemilu.
namun harus dipastikan dahulu sumber daya manusai (sdm) pemilihnya.
"apakah semua pemilih paham dan bisa mengiperasikan computer, itu yang penting.
percuma efektif kalau di lapangan tidak bisa digunakan.
jadi harus ada sosialisasi dan pelatihan dulu,"katanya.
 mahendra wicaksono, salah satu calon ketua himpunan mahasiswea teknik elektro percaya system ini akan akurat dan tanpa celah.
"sebelum dilaunching ada pemaparan dan sosialisasi, jadi saya yakin semua pemilih sudah paham.
hasilnya bisa dipertanggungjawabkan dan tidak mungkin ada manipulasi,"katanya.
apalagi, selain komputerisasi pihak panitia juga masih meminta pemilih untuk menulis dan menandatangani daftar hadir sehingga bisa dicek kebenarannya.

Source from: surya[dot]tribunews[dot]com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.