surya online, surabaya - mencari anak dengan kemampuan bahasa jawa fasih kini sulit didapat.
apalagi bisa menulis aksara jawa.
sadar hal ini, lima mahasiswa jurusan fisika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas katolik widya mandala surabaya (ukwms) kurniasari, maria vianney bhala bisara, stephen pierre evan, ita verawati dan yeni astutik menciptakan teka-teki aksara jawa yang mereka namakan takisawa.
sekilas takisawa tak ubahnya permainan catur.
ada papan besar berukuran 63 x 63 cm bercorak kotak-kotak hitam putih yang dibuat berselang seling.
papan ini terbuat dari tripleks yang dilapisi logam dan stiker agar pionnya menempel.
jumlah kotak berbeda dengan papan catur.
jika papan catur hanya terdiri 64 kotak, sementara papan takisawa hingga 100 kotak.
pionnya pun berbeda.
kalau catur, pionnya dibuat dari kayu yang dibentuk sesuai dengan karakternya, untuk papan takizawa pionnya hanya terdiri dari lempengan logam bertulis aksara jawa.
masing-masing pion hanya berukuran 2 x 6 meter sehingga untuk satu kotak diisi tiga pion yang terdiri dari aksara jawa dasar bersama sandangannya (atasan dan bawahan).
karena banyaknya huruf dan sandangan, sehingga mereka membuat variasi huruf hingga 300 macam.
”memang huruf jawa ini berbeda dengan huruf biasa sehingga variasinya banyak,”kata kurniasari saat ditemui di kampusnya, senin (2/6/2014).
setelah membuat papan dan pionnya, kurniasari dan timnya mulai menyusun pertanyaan.
kesulitan baru dirasakan ketika mereka harus mencocokkan antara huruf menurun dengan mendatar.
hal itu beralasan karena variasi huruf di aksara jawa sangat sulit untuk disambungkan dengan kata lainnya.
”kami sampai tiga hari membuatnya,”aku gadis asal tulungagung.
takisawa ini sudah diujikan di empat sekolah surabaya dan satu sekolah di tulungagung.
”awalnya mereka sangat senang ketika kami bawakan papan ini.
tetapi begitu tahu kalau ini berisi aksara jawa mereka langsung takut.
tetapi kami katakan kalau ini hanya main-main akhirnya mereka mau dan menikmatinya,”kata kurniasari sambil tersenyum.
ada perbedaan yang mencolok selama mempraktekkan takisawa pada anak-anak surabaya dan tulungagung.
siswa surabaya masih bertanya maksud pertanyaan yang dibuat dalam bahasa jawa.
sementara anak tuluangagung langsung bisa mencerna pertanyaan sehingga mereka tinggal membuat jawabannya.
kurniasari berharap melalui takisawa ini bisa membangkitkan kembali semangat anak-anak untuk belajar bahasa jawa yang saat ini mulai kalah denagn bahasa asing seperti inggris dan mandarin.
”mereka tinggal di jawa.
harusnya mengenal aksara jawa, jangan sampai luntur,”katanya.
takizawa ini berhasil masuk dalam program kreativitas mahasiswa (pkm) yang didanai dirjen dikti kemendikbud tahun 2014.
dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan ukwms djoko wiryawan mengatakan, karya ini dibuat setelah melihat kebutuhan masyarakat yang kini kesulitan mempelajari aksara jawa.
”karena itu, karya ini diikutkan dalam pkm pengabdian masyarakat,”terangnya.
penulis: musahadah
editor: parmin
tweet
Source from: surabaya[dot]tribunews[dot]com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.